Saturday, December 22, 2012

Nyaman berkendara di Jerman...

Catatan perjalanan seorang sahabat tentang Jepang menggelitik saya untuk berbagi cerita tentang sistem transportasi Jerman, persamaan sebagai negara kalah perang tapi mampu bangkit dan menjadi simbol kemajuan teknologi membuat kedua negara ini sukses membawa rakyatnya berada di puncak paling tinggi kebanggaan terhadap bangsanya.
Dan inilah sekelumit kisah persentuhan saya dengan Jerman, negara yang jaringan kereta apinya nomor satu di Eropa...
---------------------

Bundesrepublik Deutschland atau Germany mempunyai jaringan autobahn (jalan bebas hambatan) terpanjang di dunia setelah Amerika Serikat yang bisa diakses gratis oleh mobil maupun sepeda motor dengan ketentuan kecepatan minimal 80km/jam bagi mobil dan 100km/jam bagi sepeda motor. Kurang dari kecepatan itu? bersiaplah tertangkap radar di autobahn.
Semua jaringan jalan raya maupun jalan lokal di Jerman kondisinya mulus, tak terkecuali jalan bebas hambatan yang dibangun semasa Hitler berkuasa, kondisinya masih tetap prima. Sempat merasakan berkendara di autobahn ketika naik bus menuju Amsterdam selama 2,5 jam dari Duesseldorf -di lain kesempatan saya jg mencoba rute yg sama menggunakan kereta ICE: kereta tercepat milik Jerman- bus yang saya tumpangi mirip Euroline (bus yang dikendarai Ikal & Arai dari Brussels menuju Paris), di sebelah kanan ketika memasuki pintu masuk, terdapat toilet bersih, dekat pintu toilet terdapat tangga untuk mencapai tempat duduk di atas. Karena penasaran dengan kondisi ruang sopir saya duduk di depan sehingga bisa mengetahui ternyata kemudi bus ini mirip kemudi pesawat. Selama perjalanan layar monitor menayangkan rute, kecepatan bus, waktu tempuh & temperatur suhu di luar, persis seperti ketika naik pesawat terbang.

Salah satu aturan yang harus ditaati oleh pengemudi di Jerman – sebagai contoh aturan yang di Indonesia tidak ada - adalah larangan membunyikan klakson kecuali dalam keadaan darurat. Lebih elok lagi karena SIM diperoleh melalui jalur resmi, semua pengemudi berperilaku sama: sabar & santun dalam berkendara, tidak ada suara klakson, tidak ada pengemudi yang menyerobot atau memotong jalan, suasana di jalan raya tenang, tidak bising seperti di Indonesia, jarang sekali bahkan hampir tidak ada sepeda motor yang melintas di jalan raya pada hari kerja, padahal Duesseldorf -kota tempat saya pernah tinggal dulu- terhitung kota besar karena merupakan ibu kota negara bagian, pusat mode (Claudia Schiffer & Heidi Klum meniti karir hingga menjadi super model dunia di kota ini) dan pusat finansial Jerman.

Sejak penyatuan Jerman th. 1991, pemerintah mengeluarkan kebijakan menyangkut prasarana lalu lintas yaitu pemeliharaan dan modernisasi seluruh jaringan rel kereta api, jalan raya (khusus negara bagian baru) dan jalur perairan. Pembangunan jalan raya dititikberatkan pada pembangunan jalan lingkar luar untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dan pelebaran bagian jalan yang sempit. Mengingat volume kendaraan terus meningkat, berbagai upaya dilakukan untuk menarik minat pengguna kendaraan pribadi supaya beralih ke angkutan umum.

Moda transportasi masal yang populer di Jerman adalah bus & kereta, kereta yang beroperasi di dalam kota masih dibagi lagi menjadi 3 jenis: Strassenbahn (trem), U-bahn (kereta bawah tanah), dan Schwebebahn (Wuppertal adalah satu-satunya kota di Jerman yang menggunakan Schwebebahn atau kereta gantung sbg sarana transportasi masal karena kondisi daerahnya berbukit).
Sedangkan untuk kereta antar daerah, dipetakan lagi menjadi beberapa jenis:
1. Regional Express (RE), Schnell Bahn (S-Bahn), Regional Bahn (RB): kereta regional yang melayani rute antar kota, daerah suburban sampai ke stasiun kecil. Beberapa kereta RE ini dilengkapi sarana menyimpan sepeda, bahkan rute tertentu menggunakan kereta double decker.
2. Intercity (IC) & Eurocity (EC) : melayani rute domestik kota besar & foreign dengan kecepatan maks 200km/jam,
3. Intercity Express (ICE) : melayani rute domestik kota besar & foreign dengan kecepatan  min 300km/jam.

Jadwal transportasi dan rute dalam kota tertempel di setiap halte bahkan terdapat papan elektronik yang selalu menginformasikan waktu dan posisi bus atau trem menjelang halte. Tentu saja, inilah bentuk tanggungjawab dan disiplin waktu ala Jerman. Jadwal transportasi akan berubah ketika memasuki pergantian musim dan libur sekolah. Bukan jadwal itu saja yang berubah, setiap tahun menjelang musim dingin pemerintah Jerman mengubah waktu menjadi 1 jam lebih lambat, kemudian mengembalikannya seperti semula menjelang musim panas. Hal ini perlu untuk menyesuaikan antara aktivitas, waktu dan cuaca, karena malam menjadi sangat panjang saat musim dingin, matahari baru bersinar pukul 9 pagi dan meredup ketika baru pukul setengah 4 sore.

Semua transportasi masal di Jerman menyediakan tempat bagi penyandang cacat & kereta bayi. Khusus bus, ketika melihat penumpang membawa kereta bayi atau penumpang berkursi roda, sopir akan membawa bus mendekat sekali ke halte, membuka pintu, menurunkan lantai bus sehingga terhubung dengan lantai halte, penumpang hanya perlu mendorong kereta bayi atau kursi roda tanpa perlu mengangkat. Sopir bus pun bertanggungjawab penuh menelpon taksi, menunggu sampai taksi datang apabila penumpang kemalaman sampai di halte padahal ia masih harus melanjutkan perjalanan sementara sudah tidak ada bus yang beroperasi pada jam tersebut. 

Tahun 1991 Pemerintah melalui jawatan kereta apinya, Deutsche Bundesbahn atau disingkat DB meluncurkan trayek kereta super cepat Intercity Express (ICE : dibaca I C E bukan Ice) yang bertujuan menyediakan sarana alternatif disamping pesawat terbang dan mobil untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Pertama kali diluncurkan, generasi pertama ICE ini baru mampu berjalan dg kecepatan maksimum 250km/jam atau sedikit diatas kec kereta IC/EC. Th. 2006 DB meluncurkan ICE generasi ketiga dg kecepatan maksimum 320km/jam. Versi lain dari ICE adalah ICE Sprinter yang beroperasi pd pagi hari jam 6 dan sore hari jam 18, banyak pelaku bisnis memanfaatkan kereta ini untuk menghemat waktu, dg kereta ini pula saya menempuh perjalanan Duesseldorf-Frankfurt yang jaraknya 300 km dalam waktu 1jam 10menit. ICE Sprinter ini berjalan super mulus, tidak terasa ada goncangan, tidak berisik, disain interiornya tidak kalah dengan kelas bisnis pesawat, dan sistem pembuangan kotoran di toiletnya menggunakan sistem hisap udara bukan air.
DB juga mengeluarkan paket murah berkendara dengan kereta pada akhir pekan (Sabtu & Minggu). Tiket seharga 20 Euro (sekarang pasti lebih) dan berlaku untuk 5 org ini bisa dipakai menjelajah seluruh penjuru Jerman menggunakan kereta kelas ekonomi (tentu saja kondisi kereta ekonomi di Jerman masih lebih baik daripada kereta eksekutif di Indonesia). Tiket ini terintegrasi dg bus dan berlaku sampai pukul 3 dini hari berikutnya.

Bicara tentang bandara di Jerman, saat menginjakkan kaki pertama kali di Bandara Internasional Frankfurt th. 2002, saya langsung terkesan dengan sistem transportasi terintegrasi di negri ini, penumpang tidak perlu keluar dari bandara jika ingin melanjutkan perjalanan dg kereta dan bus, waktu itu saya hanya perlu pindah ke jalur kereta untuk melanjutkan perjalanan menuju Duesseldorf dg kereta Intercity (IC).
Th. 2002 belum ada satupun bandara di Indonesia yang menerapkan sistem ini, tapi sekarang saya bangga karena Jogjakarta menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang bandaranya telah mengadopsi sistem transportasi terintegrasi.
Seperti halnya di Indonesia, maskapai penerbangan di Jerman juga bersaing untuk menggaet penumpang dengan menawarkan harga tiket super duper murah, pemerintah menyediakan lokasi khusus bagi maskapai penerbangan murah meriah ini yaitu di kawasan suburban, sehingga di Bandara Internasional hanya maskapai penerbangan luar negri Jerman dan Lufthansa yang pesawatnya boleh menempati di landasan.

Dengan sarana seperti itu rasa-rasanya tidak ada celah bagi warga Jerman menolak fasilitas yang telah disediakan oleh penyelenggara transportasi umum, apalagi penumpang dapat beralih dari satu transportasi ke transportasi lain menggunakan tiket yang sama. Ketepatan waktu dan kenyamanan yang diberikan benar-benar setimpal dengan uang yang dikeluarkan untuk membeli tiket angkutan umum di negara maju. Demikianlah, pemerintah Jerman telah mengembalikan hak warga yang tertib membayar pajak melalui layanan publik yang sempurna.

strassenbahn/trem

5 comments:

  1. Tulisan bagus...highly recommended to read...good job...

    ReplyDelete
  2. Terimakasih...menurutku yg paling rekomen utk dibaca adalah proses kepemilikan SIM di Jerman :)

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Salam kenal Mbak Woro

    Aku bakal ke Jerman April tahun depan. Lagi research soal sewa mobil atau naik kereta. Sebenernya aku prefer bawa mobil sendiri, soalnya aku bawa bayik 1 tahun, dan juga pengen muter ke desa2 kecil Jerman yang kayaknya ribet kalo naik kereta. Tapi makin research, makin ragu juga.
    Apakah memang sesusah itu nyetir di Jerman kah Mbak? Terutama di kota besar seperti Munich, Berlin, Nuremberg? Atau hanya keparnoan beberapa orang aja? Kalo dikota besar, sebaiknya parkir di parkhaus atau di park and ride?

    Makasih sebelumnya Mbak Woro :)

    ReplyDelete
  5. Halo Mbak Dewi :)

    Di Jerman dg moda transportasi apapun kita bepergian semuanya terasa nyaman, mengendarai mobil disana kan lebih mudah daripada di negara kita...di sana ngga ada motor yg tiba2 nyelonong motong jalan hehehe...sy ngga bilang nyetir di Jerman itu sulit loh...sy hanya menceritakan proses kepemilikan SIM di Jerman yg sulit...oke...

    Viel Spaß yaaa...:)

    ReplyDelete