Catatan perjalanan seorang sahabat tentang Jepang menggelitik
saya untuk berbagi cerita tentang sistem transportasi Jerman,
persamaan sebagai negara kalah perang tapi mampu bangkit dan
menjadi simbol kemajuan teknologi membuat kedua negara ini sukses
membawa rakyatnya berada di puncak paling tinggi kebanggaan terhadap
bangsanya.
Dan inilah sekelumit kisah persentuhan saya dengan Jerman, negara yang jaringan kereta apinya nomor satu di Eropa...
---------------------
Bundesrepublik
Deutschland atau Germany mempunyai jaringan autobahn (jalan
bebas hambatan) terpanjang di dunia setelah Amerika Serikat yang bisa
diakses gratis oleh mobil maupun sepeda motor dengan ketentuan
kecepatan minimal 80km/jam bagi mobil dan 100km/jam bagi sepeda motor.
Kurang dari kecepatan itu? bersiaplah tertangkap radar di autobahn.
Semua
jaringan jalan raya maupun jalan lokal di Jerman kondisinya mulus, tak
terkecuali jalan bebas hambatan yang dibangun semasa Hitler berkuasa,
kondisinya masih tetap prima. Sempat merasakan berkendara di autobahn ketika naik bus menuju Amsterdam selama 2,5 jam dari
Duesseldorf -di lain kesempatan saya jg mencoba rute yg sama
menggunakan kereta ICE: kereta tercepat milik Jerman- bus yang saya
tumpangi mirip Euroline (bus yang dikendarai Ikal & Arai dari
Brussels menuju Paris), di sebelah kanan ketika memasuki pintu masuk,
terdapat toilet bersih, dekat pintu toilet terdapat tangga untuk mencapai tempat duduk di atas. Karena
penasaran dengan kondisi ruang sopir saya duduk di depan sehingga
bisa mengetahui ternyata kemudi bus ini mirip kemudi pesawat. Selama
perjalanan layar monitor menayangkan rute, kecepatan bus, waktu tempuh
& temperatur suhu di luar, persis seperti ketika naik pesawat
terbang.
Salah satu aturan yang harus ditaati oleh
pengemudi di Jerman – sebagai contoh aturan yang di Indonesia tidak ada -
adalah larangan membunyikan klakson kecuali dalam keadaan darurat.
Lebih elok lagi karena SIM diperoleh melalui jalur resmi, semua
pengemudi berperilaku sama: sabar & santun dalam berkendara, tidak
ada suara klakson, tidak ada pengemudi yang menyerobot atau memotong
jalan, suasana di jalan raya tenang, tidak bising seperti di Indonesia,
jarang sekali bahkan hampir tidak ada sepeda motor yang melintas di
jalan raya pada hari kerja, padahal Duesseldorf -kota tempat saya pernah
tinggal dulu- terhitung kota besar karena merupakan ibu kota negara
bagian, pusat mode (Claudia Schiffer & Heidi Klum meniti karir
hingga menjadi super model dunia di kota ini) dan pusat finansial
Jerman.
Sejak penyatuan Jerman th. 1991, pemerintah
mengeluarkan kebijakan menyangkut prasarana lalu lintas yaitu
pemeliharaan dan modernisasi seluruh jaringan rel kereta api, jalan raya
(khusus negara bagian baru) dan jalur perairan. Pembangunan jalan
raya dititikberatkan pada pembangunan jalan lingkar luar untuk
mengurangi kepadatan lalu lintas dan pelebaran bagian jalan yang sempit.
Mengingat volume kendaraan terus meningkat, berbagai
upaya dilakukan untuk menarik minat pengguna kendaraan pribadi supaya
beralih ke angkutan umum.
Moda transportasi masal yang
populer di Jerman adalah bus & kereta, kereta yang beroperasi di
dalam kota masih dibagi lagi menjadi 3 jenis: Strassenbahn (trem),
U-bahn (kereta bawah tanah), dan Schwebebahn (Wuppertal adalah
satu-satunya kota di Jerman yang menggunakan Schwebebahn atau kereta
gantung sbg sarana transportasi masal karena kondisi daerahnya
berbukit).
Sedangkan untuk kereta antar daerah, dipetakan lagi menjadi beberapa jenis:
1.
Regional Express (RE), Schnell Bahn (S-Bahn), Regional Bahn (RB):
kereta regional yang melayani rute antar kota, daerah suburban sampai ke
stasiun kecil. Beberapa kereta RE ini dilengkapi sarana menyimpan
sepeda, bahkan rute tertentu menggunakan kereta double decker.
2. Intercity (IC) & Eurocity (EC) : melayani rute domestik kota besar & foreign dengan kecepatan maks 200km/jam,
3. Intercity Express (ICE) : melayani rute domestik kota besar & foreign dengan kecepatan min 300km/jam.
Jadwal
transportasi dan rute dalam kota tertempel di setiap halte bahkan
terdapat papan elektronik yang selalu menginformasikan waktu dan posisi
bus atau trem menjelang halte. Tentu saja, inilah bentuk
tanggungjawab dan disiplin waktu ala Jerman. Jadwal transportasi akan berubah ketika memasuki pergantian musim dan libur sekolah. Bukan jadwal itu saja yang berubah, setiap tahun menjelang musim
dingin pemerintah Jerman mengubah waktu menjadi 1 jam lebih
lambat, kemudian mengembalikannya seperti semula menjelang musim panas. Hal
ini perlu untuk menyesuaikan antara aktivitas, waktu dan cuaca, karena malam
menjadi sangat panjang saat musim dingin, matahari baru bersinar pukul 9
pagi dan meredup ketika baru pukul setengah 4 sore.
Semua
transportasi masal di Jerman menyediakan tempat bagi penyandang cacat
& kereta bayi. Khusus bus, ketika melihat penumpang membawa
kereta bayi atau penumpang berkursi roda, sopir akan membawa bus
mendekat sekali ke halte, membuka pintu, menurunkan lantai bus
sehingga terhubung dengan lantai halte, penumpang hanya perlu mendorong
kereta bayi atau kursi roda tanpa perlu mengangkat. Sopir bus pun
bertanggungjawab penuh menelpon taksi, menunggu sampai taksi
datang apabila penumpang kemalaman sampai di halte padahal ia masih
harus melanjutkan perjalanan sementara sudah tidak ada bus yang
beroperasi pada jam tersebut.
Tahun 1991
Pemerintah melalui jawatan kereta apinya, Deutsche Bundesbahn atau
disingkat DB meluncurkan trayek kereta super cepat Intercity Express
(ICE : dibaca I C E bukan Ice) yang bertujuan menyediakan sarana
alternatif disamping pesawat terbang dan mobil untuk menempuh perjalanan
jarak jauh. Pertama kali diluncurkan, generasi pertama ICE ini baru
mampu berjalan dg kecepatan maksimum 250km/jam atau sedikit diatas kec
kereta IC/EC. Th. 2006 DB meluncurkan ICE generasi ketiga dg kecepatan
maksimum 320km/jam. Versi lain dari ICE adalah ICE Sprinter yang
beroperasi pd pagi hari jam 6 dan sore hari jam 18, banyak pelaku bisnis
memanfaatkan kereta ini untuk menghemat waktu, dg kereta ini pula saya
menempuh perjalanan Duesseldorf-Frankfurt yang jaraknya 300 km dalam
waktu 1jam 10menit. ICE Sprinter ini berjalan super mulus, tidak terasa
ada goncangan, tidak berisik, disain interiornya tidak kalah dengan
kelas bisnis pesawat, dan sistem pembuangan kotoran di toiletnya
menggunakan sistem hisap udara bukan air.
DB juga
mengeluarkan paket murah berkendara dengan kereta pada akhir pekan
(Sabtu & Minggu). Tiket seharga 20 Euro (sekarang pasti lebih) dan
berlaku untuk 5 org ini bisa dipakai menjelajah seluruh penjuru Jerman
menggunakan kereta kelas ekonomi (tentu saja kondisi kereta ekonomi di Jerman masih
lebih baik daripada kereta eksekutif di Indonesia). Tiket ini terintegrasi
dg bus dan berlaku sampai pukul 3 dini hari berikutnya.
Bicara
tentang bandara di Jerman, saat menginjakkan kaki pertama kali di
Bandara Internasional Frankfurt th. 2002, saya langsung terkesan dengan
sistem transportasi terintegrasi di negri ini, penumpang tidak perlu
keluar dari bandara jika ingin melanjutkan perjalanan dg kereta dan bus, waktu itu saya hanya perlu pindah ke jalur kereta untuk
melanjutkan perjalanan menuju Duesseldorf dg kereta Intercity (IC).
Th. 2002 belum ada satupun bandara di Indonesia yang menerapkan sistem ini, tapi sekarang saya bangga karena Jogjakarta menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang bandaranya telah mengadopsi sistem transportasi terintegrasi.
Th. 2002 belum ada satupun bandara di Indonesia yang menerapkan sistem ini, tapi sekarang saya bangga karena Jogjakarta menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang bandaranya telah mengadopsi sistem transportasi terintegrasi.
Seperti halnya di Indonesia,
maskapai penerbangan di Jerman juga bersaing untuk menggaet penumpang
dengan menawarkan harga tiket super duper murah, pemerintah menyediakan
lokasi khusus bagi maskapai penerbangan murah meriah ini yaitu di kawasan suburban, sehingga di Bandara
Internasional hanya maskapai penerbangan luar negri Jerman dan Lufthansa
yang pesawatnya boleh menempati di landasan.
Dengan
sarana seperti itu rasa-rasanya tidak ada celah bagi warga Jerman menolak fasilitas yang telah disediakan oleh penyelenggara transportasi
umum, apalagi penumpang dapat beralih dari satu transportasi ke transportasi lain menggunakan tiket yang sama. Ketepatan
waktu dan kenyamanan yang diberikan benar-benar setimpal dengan uang
yang dikeluarkan untuk membeli tiket angkutan umum
di negara maju. Demikianlah, pemerintah Jerman telah mengembalikan hak
warga yang tertib membayar pajak melalui layanan publik yang sempurna.
strassenbahn/trem |
Tulisan bagus...highly recommended to read...good job...
ReplyDeleteTerimakasih...menurutku yg paling rekomen utk dibaca adalah proses kepemilikan SIM di Jerman :)
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSalam kenal Mbak Woro
ReplyDeleteAku bakal ke Jerman April tahun depan. Lagi research soal sewa mobil atau naik kereta. Sebenernya aku prefer bawa mobil sendiri, soalnya aku bawa bayik 1 tahun, dan juga pengen muter ke desa2 kecil Jerman yang kayaknya ribet kalo naik kereta. Tapi makin research, makin ragu juga.
Apakah memang sesusah itu nyetir di Jerman kah Mbak? Terutama di kota besar seperti Munich, Berlin, Nuremberg? Atau hanya keparnoan beberapa orang aja? Kalo dikota besar, sebaiknya parkir di parkhaus atau di park and ride?
Makasih sebelumnya Mbak Woro :)
Halo Mbak Dewi :)
ReplyDeleteDi Jerman dg moda transportasi apapun kita bepergian semuanya terasa nyaman, mengendarai mobil disana kan lebih mudah daripada di negara kita...di sana ngga ada motor yg tiba2 nyelonong motong jalan hehehe...sy ngga bilang nyetir di Jerman itu sulit loh...sy hanya menceritakan proses kepemilikan SIM di Jerman yg sulit...oke...
Viel Spaß yaaa...:)