Thursday, March 14, 2013

Jembatan Selat Sunda dalam perspektif Negara Maritim


Sebagai negara maritim dengan cakupan wilayah laut mencapai hampir 80%, Indonesia diakui secara internasional sebagai Negara Maritim yang di tetapkan dalam UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) Th. 1982. Hilangnya orientasi pembangunan maritim bangsa Indonesia semakin jauh tatkala memasuki era Orde Baru, kebijakan pembangunan nasional lebih diarahkan ke pembangunan berbasis daratan yang dikenal dengan agraris, bahkan dengan bangga Indonesia dideklarasikan sebagai Negara Agraris penghasil produk pertanian yang spektakuler. Sangat di sesalkan, dan hal inipun masih berlanjut hingga era reformasi di negeri ini. Padahal dengan cakupan yang demikian besar dan luas, tentu saja laut Indonesia mengandung keanekaragaman sumberdaya alam laut yang potensial, baik hayati dan non-hayati, wilayah wisata bahari, dan juga media transportasi antar pulau yang sangat ekonomis.

Media transportasi antar pulau yang dimaksud tentu saja angkutan penyeberangan, bukan jembatan. Karena menurut ahli transportasi Djoko Setijowarno, pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) akan semakin membuat Sumatera menjadi tergantung dengan Pulau Jawa. Urbanisasi akan dengan mudah terjadi, sehingga akan menambah kepadatan penduduk di Pulau Jawa. Senada dengan Djoko, Daniel M. Rosyid, pakar kelautan dari ITS berpendapat JSS hanya menguntungkan pemilik dan mafia tanah di sisi Banten dan Lampung. Bahkan, pemilik tanah di Lampung akan berganti tangan ke orang-orang Jakarta yang secara finansial jauh lebih mampu. Penyebabnya, pendidikan dan keterampilan terbatas, para penjual tanah di Lampung akan segera menjadi penonton di kampung halaman mereka sendiri,  atau menjadi urbanisator ataupun buruh pabrik.

Sebenarnya kemacetan berulang yang terjadi di sekitar Pelabuhan Merak, Banten, karena sejumlah hal yakni kekurangan kapal penyeberangan dan dermaga hingga manajemen yang kurang baik. Untuk itu, solusi yang dinilai lebih pas adalah penambahan kapal dan darmaga. Layanan penyeberangan yang buruk saat ini adalah akibat dari kebijakan perhubungan yang didikte oleh industri mobil sehingga menelantarkan angkutan umum, termasuk yang berbasis rel dan penyeberangan. JSS adalah kelanjutan dari solusi jalan dan mobil pribadi yang telah mendominasi kebijakan transportasi nasional sejak Orde Baru, terutama dengan bantuan Jepang. Dominasi moda jalan pribadi ini telah membunuh angkutan umum moda transportasi rel dan sungai di Jawa maupun luar Jawa. "JSS ini juga akan membunuh moda feri penyeberangan seperti yang telah dilakukan oleh Jembatan Suramadu," ungkap Daniel M. Rosyid, contohnya layanan penyeberangan Ujung-Kamal sebelumnya adalah layanan yang menguntungkan (terminal penyeberangan tipe A), tetapi saat ini operatornya harus merugi dan disubsidi (terminal tipe C).

Daniel menambahkan, dalam perspektif geologi, air laut justru membuat kontur dasar laut yang rumit dengan patahan dan palung menjadi rata. "Air laut adalah jembatan alamiah, bukan bagi mobil, tapi bagi kapal. Jembatan akan dibutuhkan jika tidak ada air laut di selat dan lainnya, untuk menghindari trace jalan yang rumit dan berkelak-kelok," sebutnya. Belum lagi kenyataan bahwa kawasan Selat Sunda terletak pada zona peralihan tektonik aktif antara Sumatera dan Jawa yang dikenal sebagai salah satu kawasan rawan bencana geologi atau ring of fire di Indonesia. Kerawanan ini ditandai dengan terjadinya bencana geologi seperti gempa bumi, letusan guning api, tsunami, dan gerakan tanah.

Bagi Pulau Jawa dan Sumatera, yang dibutuhkan adalah prasarana transportasi di kedua pulau tersebut, yaitu jalan tol dan double-track kereta api lintas Sumatera dan Jawa, yang terintegrasikan ke pelabuhan-pelabuhan yang efisien di kedua pulau tersebut. Lintasan penyeberangan antara Merak dan Bakauheni bisa dilayani dengan sarana dermaga dan sistem feri maju generasi terakhir dengan teknologi yang sudah terbukti jauh lebih murah dan dapat disediakan dalam waktu yang jauh lebih singkat daripada JSS. 

Tidak semua negara selalu menggunakan simbol peradaban negaranya ke dalam bentuk bangunan konstruksi. Inggris adalah negara yang terbentuk melalui gugus kepulauan, tapi tidak memiliki satu pun jembatan yang menghubungkan antar pulau-pulau besar. Jembatan terpanjang di Malaysia-pun hanya berjarak kurang dari 12 km yang menghubungkan pulau Penang dan daratan Malaysia.

Sebaiknya dana JSS sebesar Rp 117 triliun tersebut dialokasikan untuk memperbaiki dan mengoptimalkan Jalan Lintas Timur Sumatera yang menghubungkan antara Aceh hingga Lampung. Pengadaan infrastruktur tersebut dinilai akan mampu mendukung pembentukan titik-titik baru sumber pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera, karena sesungguhnya propinsi-propinsi di Pulau Sumatera mampu dijadikan kawasan yang mandiri. Jika kelak mereka telah memiliki basis pertumbuhan ekonomi yang kuat, maka tentunya akan mengurangi ketergantungan pembangunan dan kebutuhannya dengan Pulau Jawa.

Akhirnya pemerintah harus bijak menentukan. Ingin membangun Jembatan Selat Sunda atau melihat kematian perekonomian dari kota-kota besar di Indonesia akibat kemacetan? Kota-kota kita saat ini semakin macet dan seolah nyaris tanpa solusi. Solusi JSS adalah adalah solusi yang mengingkari Deklarasi Djuanda 1957 dan pengakuan UNCLOS 1982 yang menempatkan Indonesia sebagai Negara Kepulauan dengan potensi ekonomi maritim sangat besar. (dari berbagai sumber)

Pelabuhan Modern Hamburg

Thursday, March 7, 2013

Negeri Sakura yang Memukau Dunia..



Sulit rasanya memasuki bulan Maret tanpa mengingat kejadian memilukan yang menimpa saudara-saudara kita di Jepang. Saya langsung mengganti profile picture di fb selama hampir 2 minggu sebagai tanda simpati terhadap Jepang, padahal saya sama sekali tidak tergerak ketika dulu pengguna fb beramai-ramai mengganti propic-nya menjadi Pray for Indonesia saat negri tercinta kita juga dilanda bencana besar. Mengapa? Pertama saya salut atas kesigapan dan kesungguhan pemerintah Jepang membantu rakyatnya bangkit dari keterpurukan, kedua salut kepada pribadi rakyatnya yang tabah dan menerima dengan sabar semua peristiwa memilukan itu.

Jepang -negara yang paling siap menghadapi ancaman bencana alam- akhirnya luluh lantak dihantam bencana bertubi-tubi. Pemerintahnya segera bergegas mengerahkan seluruh kekuatan, dukungan moral & material mengalir dari seluruh penjuru dunia. Terkenal sebagai bangsa yang tekun, gigih & ulet, rakyat Jepang -meski didera duka mendalam- tak sedikitpun mengeluh terhadap situasi yang tengah dihadapi, mereka sabar & tertib menanti distribusi logistik, tidak ada berita penjarahan, yang ada malah beberapa supermarket menurunkan harga. Duniapun terkesima melihat ketabahan rakyat Jepang menerima takdir yang telah digariskan Tuhan. Lebih mengagumkan lagi semua kejadian mengerikan itu terekam sempurna detik demi detik. Meski diguncang 3 bencana sekaligus, media Jepang tidak lebay menayangkan berita, tidak tampak adanya upaya menjual derita menjadi suatu drama yang menyedihkan atau bahkan mengerikan. Sepertinya ada kontrol media yang membuat mereka sepakat untuk tidak mendramatisir keadaan, bandingkan dengan stasiun TV berwarna merah di negri kita yang selalu heboh ketika menyampaikan berita ke pemirsa.

Kita tahu bangsa Jepang terkenal eksklusive & homogen di dunia. Ketika masih tinggal di Jerman, saya berteman dengan siswa Jepang di  tempat kursus dan bertetangga dengan beberapa mahasiswa dari Jepang, mereka solid, kompak dan memiliki keramahan khas Asia. Komunitas Jepang di Duesseldorf adalah terbesar ketiga di Eropa, itulah sebabnya komunitas ini setiap tahun menyelenggarakan event Japan Day yang akan membuat Duesseldorf bak bertransformasi menjadi kota di Jepang selama sehari penuh.  Seorang wartawan di suatu media pernah bercerita tentang pengalamannya mewawancarai komunitas wanita Jepang di Jakarta, setiap kali akan menjawab pertanyaan mereka berdiskusi dulu.  Itulah bukti bahwa masyarakat Jepang sadar mereka memikul tanggungjawab besar terhadap komunitas dimana dia hidup.

Loyalitas rakyat Jepang terhadap bangsanya terlihat saat harus menghadapi kebocoran reaktor nuklir, mereka mau berkorban demi kepentingan kelompok, ratusan orang rela tetap tinggal di reaktor nuklir Fukushima. Keluarga yang ditinggalkan tetap tabah meski tahu kalau suami, ayah atau bahkan kakek mereka sebenarnya telah menandatangani kontrak mati. Tidak heran grup Pray for Japan di facebook banjir pujian yang kian mengukuhkan Jepang sebagai bangsa yang hebat, kuat & beretika. Rasanya tidak akan ada di dunia ini seorang kepala keluarga berani menyerahkan nyawa demi kepentingan masyarakat jika tidak percaya negaranya kelak akan mengurus dengan baik keluarga yang ditinggalkan. Bahwa betapapun kondisi yang dialami akibat lapar dan dahaga mereka tetap tertib, sabar dan disiplin menunggu antrean untuk memperoleh jatah makan dan minum, hal ini hanya mungkin terjadi apabila rakyat percaya pihak berwenang pasti mengupayakan yang terbaik bagi para korban, bahwa mereka tidak mempunyai keraguan sedikitpun jatah bantuannya akan diembat oleh oknum nakal. Barangkali inilah karakter hasil tempaan Revolusi Meiji  dan semangat samurai yang selalu terpatri dalam diri masyarakat Jepang.

Maka di tengah krisis kepercayaan kita terhadap pemerintah, aparat hukum maupun elit politik tentu saja saya envy berat dengan kondisi bangsa Jepang sekarang yang sedang didera bencana hebat namun pemerintah dan rakyatnya mampu bertahan dengan sopan dan terpelajar hingga menuai pujian dan mengundang simpati dari seluruh dunia..

Tuesday, March 5, 2013

Sisi lain Jogjakarta



Ramah, santun dan rendah hati, demikian kultur masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dipimpin Raja bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono X tapi lebih populer dengan Ngarso Dalem. Sikap tersebut merupakan teladan Ngarso Dalem untuk rakyatnya, sehingga perlakuan istimewa ini pula yang akan mengantar anda menguak eksotisme Jogjakarta dimana pesona alamnya sungguh elok tiada tara.

Tengoklah Pantai Parangtritis, semburat jingga matahari terbenam dari tepi pantai ini adalah biasa. Mau yang luar biasa? Naiklah ke atas bukit Parangtritis, pemandangan spektakuler dari atas bukit berupa deburan ombak laksana buih serta gradasi warna lautnya akan membuat anda tak henti berdecak kagum. 


Selesai? Belum. Sekarang nikmati sisi lain Kabupaten Bantul. Ambil rute berbeda ketika pulang menuju kota Jogja. Jalur alternatif Parangtritis-Panggang-Siluk-Imogiri-Jogja menyuguhkan bentang alam Bantul berupa perbukitan hijau bak permadani memanjakan mata. Kemudian berhentilah di jembatan Siluk, bertanyalah pada penduduk sekitar letak jembatan gantung Selopamioro, kejutan lain yaitu sawah terasiring nan cantik laksana piramida telah menanti sebelum mencapai destinasi akhir.

Tebing Selopamioro & Sungai Oya
Jembatan gantung dilihat dari Kebun Buah Mangunan

Jembatan gantung Selopamioro dibangun Th. 2004 untuk menghubungkan 2 desa, karena pernah dipakai shooting iklan Partai Demokrat dan film Sang Pemimpi jembatan ini sekarang populer sebagai lokasi shooting sinetron :-) Ingin melihat jembatan dari atas? lanjutkan perjalanan menuju Kebun Buah Mangunan dari Imogiri, naiklah hingga menemukan gardu pandang di puncak Mangunan, dari sini pesona tebing Selopamioro mengapit sungai Oya terhampar sempurna, bahkan keindahannya mampu menyamai paduan Grand Canyon dan sungai Colorado di AS.

Belum puas? Menyusuri perbukitan Bantul hingga Gunung Kidul adalah pilihan tepat. Seluruh pantai di Gunung Kidul sangat eksotis dan natural, demikian pula goa-goa di sepanjang bukit kapur adalah surga bagi pecinta Caving, air terjunnya pun menyuguhkan nuansa berbeda, sebutlah Sri Gethuk dan Luweng Sampang yang rupawan. Bentuknya sungguh unik sehingga membuat kedua air terjun ini berbeda dari yang pernah ada.

Sekelumit cerita eksotisme Jogja ini semoga membuat anda semakin ingin menguaknya. Datanglah ke Jogjakarta, sapalah masyarakatnya, nikmati senyumnya yang abadi. Jogja istimewa bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk Indonesia..

Luweng Sampang
Sri Gethuk

Monday, February 25, 2013

dan...alam pun menjawab


Sepanjang tahun 2009 hingga 2010 bencana alam yang bertubi-tubi menghantam Indonesia didominasi akibat banjir, disusul oleh longsor, gempa & tsunami. Dua bencana pertama dipicu oleh kerusakan lingkungan, salah satunya adalah penggundulan hutan. Padahal 70% atau 130 juta hektar dari luas daratan Indonesia berupa hutan. Sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia, bahkan menempati urutan ketiga setelah Brasil dan Congo, sedangkan hutan mangrovenya adalah terluas di dunia.

Menurut data Departemen Kehutanan tahun 2006, luas hutan yang rusak dan tidak dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar, kenyataan ini membuat negri kita memegang rekor dunia pembabat hutan tercepat.  
Bagaimana ini? hutan yang seharusnya berfungsi baik untuk kehidupan manusia yaitu mencegah erosi yang menyebabkan longsor dan banjir justru disalahgunakan menjadi lahan bisnis.  Pembalakan skala besar, pembukaan lahan baru dan kebakaran hutan tak henti-hentinya bergantian menimpa hutan di Indonesia.  Pembalakan liar dilakukan di setiap tingkat masyarakat , baik oleh para pejabat, militer, sampai kepada kelompok perusahaan kayu yang mempunyai Hak Pengusahaan Hutan  (HPH) resmi.

Sadarkah mereka praktek kegiatan kehutanan yang sama sekali tidak lestari inilah pemicu terjadinya banjir dan tanah longsor??  Bencana ini belum termasuk rusaknya keanekaragaman hayati  yg tak ternilai harganya dan punahnya spesies-spesies langka seperti harimau, badak, gajah, orang utan, bekantan dan beruang madu. Seperti diketahui harimau Indonesia mempunyai 3 sub spesies yaitu harimau sumatera, jawa dan bali,tetapi 2 jenis harimau terakhir telah punah, sementara itu nasib badak sumatera dan badak jawa tidak lebih baik, saat ini badak jawa yang tersisa tinggal puluhan ekor dan hanya bisa ditemui di Taman Nasional Ujung Kulon. Di Penajam Paser Utara-Kalimantan, bekantan, orang utan dan beruang madu juga terancam punah.

Jika banjir dan tanah longsor di daerah diakibatkan oleh praktek-praktek kehutanan yang bodoh, bisa dipastikan banjir yang melanda sebagian kota besar di Indonesia adalah karena sampah. Dalam hal ini pemerintah tidak sepenuhnya salah, tak kurang dan tak henti-hentinya pemerintah menyerukan dan memfasilitasi warga supaya membuang sampah pada tempatnya dan sebisa mungkin memilah sampah berdasarkan jenis. Bukan bermaksud menjelek-jelekkan bangsa sendiri, tapi kenyataannya mental dan moral orang Indonesia perlu diformat ulang karena bentuk kesadaran dari suatu aktivitas terkecil untuk menjaga kelestarian lingkungan yaitu membuang sampah pada tempatnya tidak pernah ada.

go green, think green, act green
Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan, mulailah dari yang terkecil misalnya menyisakan ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air, menanam pohon di setiap rumah, tidak menebang pohon di lingkungan perumahan jika pohon tersebut berfungsi sebagai penghijauan, membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah berdasarkan jenis, membawa tas belanja sendiri ketika berbelanja di pasar atau supermarket yg tidak menyediakan kantong plastik ramah lingkungan, dsb. Bukan hal yang berat jika kita melakukan dengan penuh kesadaran dan rasa tanggungjawab. Alampun tersenyum jika diperlakukan dengan ramah...