Wednesday, July 16, 2014

Der 4 Stern fuer Deutschland 2014 (eine mannschaft, ein traum)

Ja, akhirnya bintang itu diraih..
Catatan ini adalah lanjutan dari catatan sebelumnya “Ah, bintang itu nyaris diraih..” https://www.facebook.com/notes/woro-ardhaneswari/ah-bintang-itu-nyaris-diraih/135711033117448 yang dibuat saat PD 2010 dihelat di Afrika Selatan dimana Die Mannschaft harus puas finish di urutan ketiga.
----------------------------------------
Minggu malam waktu Brasil
Dan...inilah gelombang kejut kedua yang dikirim Jerman ke seluruh penjuru dunia setelah berjibaku hingga berdarah-darah melawan Argentina di putaran final. Jerman memang layak juara, sangat layak. Perjalanan tim ini tidak bisa lepas dari tangan dingin Juergen Klinsmann, dialah peletak fondasi revolusi sepakbola Jerman. Sepuluh tahun lalu DFB dan Klinsmann membuat workshop dengan pelatih dan pemain Jerman, dari hasil workshop ini Klinsmann kemudian menyusun kurikulum, mempresentasikan hingga dapat diterima DFB. Kemudian terciptalah era baru sepak bola Jerman yang dinamis, modern dan bertabur darah muda. Bersama Klinsmann, Joachim Loew yang saat itu masih berpredikat asisten pelatih memberi warna dan memoles anak-anak muda Jerman tersebut hingga matang dan siap bertarung.

PD 2006 Jerman, Klinsmann dengan berani memasukkan pendatang baru Lukas Podolski, Bastian Schweinsteiger, Phillip Lahm untuk bersanding dengan pemain senior seperti Michael Ballack. Hasilnya? lumayan, mereka hanya turun peringkat menjadi juara ke-3 setelah mengalahkan Portugal.

PD 2010 Afrika Selatan. Setelah Klinsmann mengundurkan diri dan memilih bermukim di Amerika, praktis tongkat pelatih berpindah ke tangan Loew. Loew dan anak asuhnya datang ke Afrika Selatan tanpa memasang target menembus final. Media Jerman kala itu mempertanyakan keberanian Loew yang berangkat membawa pasukan muda & miskin pengalaman, berangkat tanpa Michael Ballack, dipastikan tidak ada lagi bintang di tim ini. Skuad muda Jerman diisi nama-nama baru, nama-nama yang tidak biasa sehingga menimbulkan kekhawatiran publik Jerman. Loew berani bereksperimen, baginya PD 2010 adalah ajang uji coba skuad mudanya. Loew sangat yakin jika darah & stamina muda apabila dipadu semangat juang tinggi, pantang menyerah, disiplin & mental yang bagus, serta kekompakan tim, akan membuat Die Mannschaft mampu melibas lawan-lawannya. Hasilnya? Mereka menjadi tim tak terkalahkan sepanjang putaran PD 2010, langkahnya baru terhenti di semifinal karena tidak cukup pede saat harus menghadapi Tim Matador yang memang jauh lebih berpengalaman.

PD 2014 Brasil. Inilah tim terbaik, begitu para komentator sepak bola di Jerman menilai Die Mannschaft sekarang, mereka matang dan telah bermain bersama sejak PD 2010. Ya, kekompakan tim adalah hal penting. DFB dan Loew sangat siap menghadapi PD yang digelar di benua Amerika. Banyak pihak memandang sinis ketika DFB membangun camp untuk Die Mannschaft, mereka menilai Jerman arogan dengan membandingkan tim dari negara Eropa lain yang tinggal di hotel bernuansa sejuk. Tentu saja mereka salah, pembangunan camp di daerah tropis bukan tanpa alasan, DFB dan Loew ingin timnya mampu menyesuaikan diri dengan cuaca, mereka bahkan datang 2 minggu sebelum perhelatan akbar digelar untuk beradaptasi. Di camp itu dibangun beberapa bungalow untuk tempat tinggal pemain, masing-masing bungalow ditempati 5-6 pemain. Loew mencampur pemain Bayern Muenchen, Schalke dan Borussia Dortmund dalam 1 bungalow untuk menghilangkan rivalitas diantara pemain. Bagi penggemar Bundesliga pasti paham sekali dengan rivalitas diantara klub-klub papan atas itu.

Dengan persiapan sematang itu tentu saja Jerman layak menjadi juara. Pihak yang berkomentarJerman beruntung ketika melawan Brasil yang tidak diperkuat Neymar adalah SALAH. Kemenangan Jerman atas Brasil sudah bisa diprediksi. DFB memadukan sepak bola dengan sport science, software khusus untuk menganalisis perkembangan para pemain saat bertanding. Jerman tetap menang andai Neymar waktu itu turut bermain memperkuat timnya.

Jerman adalah tim spesialis turnamen, terus menerus masuk semi final dan final tapi tidak bisa menang, demikian komentar bernada negatif dan mengejek. Sebentar, apakah konsisten di top three Eropa dan dunia bukan pencapaian yang luar biasa? Bukankah tidak ada negara lain di dunia yang mampu melakukannya selain Jerman? Spanyol juara dunia 4x tapi tersingkir di putaran pertama, Brazil juara dunia 5x tapi harus menanggung aib dipermalukan di kandang sendiri. Jadi, negara mana yang paling konsisten berada di level atas dunia sepak bola? Jawabnya adalah Jerman! Hanya perlu 3 kata untuk menggambarkan Die Mannschaft: solid, fokus dan bermental baja.

No comments:

Post a Comment